REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Revolusi Industri 4.0, Are We Ready ?
Pernah mendengar tentang revolusi industri 4.0? sederhananya seperti membayangkan mobil yang berjalan tanpa pengemudi? Mencetak mobil dengan teknologi printing tiga dimensi? Mungkin mesin yang mampu membaca pikiran manusia? Jika pernah membayangkan dan percaya semua itu realistis, maka selamat datang di zaman dimana hal-hal tersebut segera akan menjadi kenyataan.
Industri global saat ini berada pada titik puncak perubahan besar yang sebanding besarnya dengan munculnya revolusi industri pertama (perkembangan perakitan produksi) bahkan penemuan mikrocip. Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua bidang. Sementara itu, kepemilikan perangkat pintar di berbagai bagian dunia mengarah pada tingkat keterkaitan satu sama yang lain yang tak terbayangkan sebelumnya. Dunia perindustrian benar-benar sudah di ambang Industri 4.0.
Terminologi Revolusi Industri 4.0 pertama kali dikenal di Jerman pada 2011. Pada Industri 4.0 ditandai dengan integrasi yang kuat terjadi antara dunia digital dengan produksi industri. Secara ringkas sebagai bayangan, sebuah pabrik pintar yang di dalamnya mesin-mesin dan robot mampu bekerja menjalankan tugas-tugas rumit, bertukar informasi, saling memberi dan menerima perintah secara otomatis tanpa melibatkan manusia. Semua proses produksi tersebut berjalan dengan internet sebagai penopang utama. Semua obyek dilengkapi perangkat teknologi yang dibantu sensor mampu berkomunikasi sendiri dengan sistem teknologi informasi.
Sejenak menilik sejarah, revolusi industri pertama terjadi pada abad 18, ketika ditemukan mesin-mesin bertenaga uap, yang membuat manusia beralih dari mengandalkan tenaga hewan ke mesin-mesin produksi mekanis. Revolusi industri kedua berlangsung di sekitar 1870 ketika perindustrian dunia beralih ke tenaga listrik yang mampu menciptakan produksi massal. Revolusi industri ketiga terjadi di era 1960-an saat perangkat elektronik mampu menghadirkan otomatisasi produksi. Kini, perindustrian dan manufaktur dunia bersiap menghadapi revolusi industri keempat; Industri 4.0.
Pertanyaannya, apa saja yang mungkin terjadi, dan apa saja konsekuensinya bagi kita, Industri dan dunia kerja ?
Industri
Pada era industri generasi keempat ini, ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dengan cepat. Fenomena Uber yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia atau Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata. Atau Tokopedia, Buka Lapak, yang memberi sumbangsih turunnya omset mall dan ditutupnya banyak lapak lapak kecil dipusat pusat perbelajaan, membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil. Reed Hasting, CEO Netflix pernah mengatakan bahwa jarang sekali ditemukan perusahaan mati karena bergerak terlalu cepat, namun sebaliknya yang seringkali ditemukan adalah perusahaan mati karena bergerak terlalu lambat.
Perusahaan harus peka dan instrospeksi diri sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tantangan terberat justru kepada para market leader di mana biasanya merasa superior dan merasa serangan disruptif hanya ditujukan kepada kompetitor minor yang kinerjanya tidak baik. Oleh sebab itu, perusahaan incumbent perlu terus bergerak cepat dan lincah mengikuti arah perubahan lingkungan bisnis dalam menyongsong era revolusi industri generasi keempat (Industry 4.0).
Dunia kerja : Died and Born
Konsekuensi dari perubahan di dunia industri juga akan berdampak pada penggunaan sumberdaya manusia alias tenaga kerja. Pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Tetapi secara positif juga muncul pekerjaan pekerjaan baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Hal tersebut sebagai konsekuensi logis yang terjadi pada setiap revolusi industry terjadi, contoh pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.
Perlahan-lahan teknologi dengan cepat dan masif menggantikan peran manusia. Penggantian tidak hanya pada pekerjaan yang berhubungan dengan otot, tetapi juga otak dan daya pikir manusia. Pekerjaan yang sebelumnya tampak mustahil jika tanpa peran manusia, saat ini kemajuan teknologi memungkinkan hal itu terjadi secara nir-human. Siapa yang pernah membayangkan sebelumnya jika mobil bisa tanpa sopir, menerjemahkan akan digantikan oleh alat dan sofware, dan tilang bisa dilakukan via CCTV.
Kita bersiap menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar dan hilang. Petugas pengantar surat pos telah memudar, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul. Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, akuntas dan sejumlah profesi lain diramalkan akan hilang atau minimal berkurang. Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.
Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart kettle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psychologist, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontics, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.
Apa yang bisa lakukan ?
Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama, matinya banyak industri besar yang tidak siap bersaing. Ada yang menyalahkan pemimpinnya sebagai sumber masalah, juga muncul kelompok-kelompok penentang yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” dengan menyalahkan teknologi sebagai “idiologi” baru yang harus ditentang penerapannya. Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Konektivitas antar manusia telah mempercepat revolusi teknologi diseluruh lini dan belahan dunia, membuat perubahan ini sulit ditahan bahkan oleh manusia itu sendiri.
Pilihan yang bijak saat ini adalah menjadi “penunggang” teknologi dunia dengan terus menerus melatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreativitas dan inovasi, kita harus mulai melatih diri menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.
Xsis Academy telah memutuskan untuk menjadi bagian dari perubahan itu. Xsis mencetak tenaga- tenaga IT baru yang siap secara mental dengan kemampuan skill teknologi terbaru yang siap menjawab kebutuhan era industri 4.0. Anda ingin menjadi looser karena tidak cepat menyesuaikan dengan era baru? Menjadi Winners dengan bergabung bersama Xsis Academy? your future is bright with Xsis.
_____________________________________
Written by :
BUDI SUWANDY
As Business Manager Xsis Academy
Menarik sekali pembahasannya menjadi motivasi bersaing